Laporan wartawan Tribunnews.com, Endrapta Pramudhiaz
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Pengamat Institut Pertanian Bogor (IPB) dan Profesor Dwi Andreas Santosa meminta pemerintah tidak berbohong lagi soal Bulog membeli beras dari petani pada musim panen raya Maret 2023 dengan harga terbaik.
Dwi menilik panen raya tahun lalu, selama empat bulan Maret hingga Juni, Harga Pembelian Pemerintah (HPP) Gabah Kering (GKP) di bawah biaya produksi petani.
Menurut dia, hal itu memberatkan karena HPP GKP sebesar Rp 4.200 per kilogram (kg) masih di bawah biaya produksi saat ini sebesar Rp 5.667 per kilogram.
Baca juga: Setelah Beras, Impor Gula Segera Dilakukan, Kemendag: Izin Sudah Dibikin, Tinggal Prosesnya
“Saya kira itu yang harus diperhatikan serius oleh pemerintah. Bukan hanya lip service,” kata Dwi saat dihubungi Tribunnews, Sabtu (7/1/2023).
Dia mengatakan, pemerintah tidak boleh menjanjikan sesuatu yang tidak pasti seperti rencana menyerap banyak beras dari petani dengan harga terbaik.
Dwi mengatakan Pemerintah harus meningkatkan HPP yang lebih bermanfaat bagi petani.
Pria yang juga Ketua Umum Bank Benih dan Teknologi Pertanian Indonesia itu kini menunggu rencana penyerapan Bulog Maret ini terealisasi atau tidak.
“Aku hanya menunggu itu. Sebaliknya [terjadi], ya, bohong. Pemerintah hanya memberikan kata-kata kepada sesama petani,” kata Dwi.
Sebelumnya, Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan (Zulhas) mengatakan impor beras akan dihentikan pada Februari.
Bulan berikutnya, yakni Maret, Bulog dikabarkan akan membeli beras berapapun dari petani.
Dia memastikan bahwa harga yang harus dibayarkan kepada petani adalah harga terbaik.
“Jadi Maret ini, apapun tugas Bulog, beli dari masyarakat dengan harga terbaik. Bukan harga tertinggi, tapi harga terbaik (terbaik),” kata Zulhas di kantor Kemendag, Jumat (6/1/2023). ). ).