Laporan reporter Tribunnews, Malvyandie Haryadi
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Pertamina dinilai berada di garda terdepan dalam upaya dekarbonisasi. Hal ini dibuktikan dengan berbagai peran aktif BUMN tersebut dalam pengurangan karbon, untuk mencapai target nol emisi pada tahun 2060.
“Pertamina telah menunjukkan komitmen yang luar biasa. Mereka berperan sangat aktif dalam mencapai target Net Zero Emission (NZE) pada tahun 2060. Tidak berlebihan jika dikatakan bahwa Pertamina kini berada di garda depan dekarbonisasi,” kata Koordinator Indonesia Energy Watch (IEW), M Adnan Rarasina. di Jakarta hari ini, Sabtu (10/12/2022).
Adnan menambahkan Pertamina telah membuktikan keseriusan upaya dekarbonisasinya melalui berbagai langkah strategis.
Termasuk melalui percepatan transisi energi, keterlibatan dalam pengembangan kawasan industri hijau, serta partisipasi aktif dalam Bisnis 20 (B20) yang pernah menjadi bagian dari G20 di Bali.
“Pertamina sangat berkomitmen dengan NZE Roadmap yang telah dicanangkan. Semua itu membuktikan bahwa mereka adalah garda depan. Bahkan, di tingkat global pun, keseriusan Pertamina juga diakui, dengan menduduki peringkat kedua kategori ESG untuk industri migas. Itu semua adalah fakta,” lanjutnya.
Lanjut Adnan, komitmen Pertamina juga ditunjukkan dengan memberikan perhatian penuh pada pengembangan Energi Baru Terbarukan (EBT) melalui transformasi ekonomi hijau.
Dukungan penuh untuk percepatan transisi energi salah satunya ditunjukkan melalui partisipasi aktif dalam Business 20 (B20) yang menjadi bagian dari G20 di Bali beberapa waktu lalu.
Baca juga: Amazon Targetkan Semua Operasinya Hingga 2025 Pakai 100 Persen Energi Terbarukan
Pengembangan kawasan industri hijau juga merupakan salah satu contoh partisipasi Pertamina dalam dekarbonisasi.
Misalnya, ketika BUMN berperan dalam pengembangan klaster industri hijau di Jababeka. Partisipasi Pertamina di kawasan tersebut antara lain melalui pemasangan panel untuk Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) Atap.
Pengembangan kawasan industri hijau sendiri, menurut Adnan, memang sangat penting. Untuk Jababeka misalnya, ada lebih dari 2.000 perusahaan dari 30 negara.
Baca juga: Inggris Percepat Transisi ke Penggunaan Energi Terbarukan
Selain Pertamina, beberapa perusahaan yang bekerja sama menciptakan net zero cluster pertama di Asia Tenggara antara lain Hitachi, Unilever, dan L’Oréal.
“Salah satu penyumbang karbon terbesar saat ini tentunya adalah sektor industri. Untuk itu, upaya Pertamina dalam mengembangkan kawasan industri hijau diharapkan berdampak signifikan terhadap dekarbonisasi. Yang terpenting, upaya ini tidak berhenti sampai di situ saja, tetapi harus berkelanjutan,” pungkasnya.