Dilansir Wartawan Tribunnews.com, Ismoyo
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Ketua Perhimpunan Petani Padi dan Padi Seluruh Indonesia (Perpadi) Sutarto Alimoeso menjelaskan penyebab kenaikan harga beras jelang akhir tahun ini.
Sutarto mengatakan, ada beberapa faktor yang menyebabkan harga beras naik.
“Memang harga beras setiap tahun berfluktuasi. Salah satu penyebabnya karena harga gabah turun setelah musim panen raya. Kemudian menjelang akhir tahun naik lagi,” kata Sutarto dalam rapat dengan Komisi IV DPR RI di Jakarta, Rabu (12/7/2022).
Baca juga: Jaga Pasokan Beras, Jokowi Minta Kerja Sama Menteri: Jangan Terjebak Ego Sektoral
Berdasarkan survei internal Perpadi, faktor pertama yang menyebabkan kenaikan harga beras adalah penurunan pasokan atau produksi beras.
Sutarto mengatakan, penurunan pasokan beras terjadi sejak Agustus 2022 yang dipengaruhi musim panen raya.
Faktor kedua adalah adanya program Bantuan Pangan Non Tunai (BPNT). BPNT terbuka dengan pasar bebas, atau pemasok produknya tidak hanya satu pintu dari Perum Bulog sehingga menyebabkan pembelian beras dan volume penyerapan menjadi tidak teratur.
“Kami melakukan survei internal, saat mulai terjadi gejolak harga. Ternyata awal Agustus terjadi kekurangan pasokan, itu penyebab pertama,” kata Sutarto.
“Kedua, di bulan Agustus tiba-tiba ada 2 penyaluran BPNT, dan BPNT tidak dilakukan dalam satu pintu sampai terjadi tawuran,” lanjutnya.
Baca juga: Badan Pangan Akui Stok Beras Masih Ada di Pabrik, Masih Perlu Impor?
Ketiga, kenaikan harga beras juga dipengaruhi oleh kebijakan penyesuaian harga minyak.
Dan faktor terakhir atau keempat, Pemerintah telah menyiapkan kebijakan fleksibilitas mengenai harga acuan dalam pembelian beras dan gabah kering gabah, agar Perum Bulog segera meningkatkan daya serapnya.
Namun, menurut Sutarto, kebijakan fleksibilitas harga justru membuat produsen dan operator beras skala besar menaikkan harga.
Maklum, stok simpanan beras (CBP) pemerintah di gudang Bulog kini semakin berkurang.
“Fleksibilitas harga pasti akan menaikkan harga (beras dan gabah) di tingkat pengusaha. Dan kami sendiri sudah menyampaikan pada 2011 itu terjadi, di mana Bulog diberikan fleksibilitas harga. Dan akhirnya terjadi price chase,” ujar Sutarto.
Baca juga: Kenali Hanjeli, Makanan Pengganti Beras yang Tak Diperhatikan Petani
“Sekarang kenapa masih naik? Karena pemerintah akan membeli dengan harga berapa pun. Harus ada pengejaran harga lagi,” katanya.